Setiap
pribadi yang normal pasti merasakan jatuh cinta. Namun setiap pribadi
memiliki cara yang berbeda dalam mengelola perasaannya tentang cinta.
Pada umumnya pria menikahi wanita diawali dengan cinta, sebab pria tidak
bisa hidup dengan orang yang tak dicintai minal disukai. Pria menikahi
wanita secara umum karena adanya ketertarikan fisik, setelah itu baru
mengenal pribadinya. Sebaliknya wanita masih bisa menduakan soal fisik
dan cinta, karena faktor yang paling utama adalah bisa memahami
perasaannya saat menjalin kasih. Bahkan ada wanita yang bisa hidup
bersama walau awalnya tanpa cinta karena terbelenggu masa lalu yang
disebut cinta pertama, meski dimulai dengan keterpaksaan lambat laun toh
ia menemukan cinta dari sosok pria yang mendampingi hidupnya, dan
berharap ia bisa menjadikan pria yang mendampinginya sebagai penjaga
hatinya disaat gelisah dan mememluknya saat membutuhkan kedamaian hati.
Namun sayang kadang harapan si wanita kandas ketika si pria menganggap
wanita hanya sebagai teman hidup bukan pendamping hidup yang tujuannya
sesaat bukan untuk mencapai kebahagiaan bersama keluarga hingga akhir
hayat. Maka si wanita mulai membandingkan pasangannya dengan sosok masa
lalu, dan mencoba mencari pria lain yang memiliki kemiripan sosok masa
lalunya di masa kini. Dan yang paling berbahaya adalah sosok masa
lalunya muncul disaat hatinya kosong, maka bisa menciptakan malapetaka
bagi kebahagiaan keluarga yang dibinanya saat ini.
Beruntunglah
wanita yang pada akhirnya bisa menemukan cinta pria yang sangat
pengertian dan memahami dirinya seperti apa adanya, meski semua itu
harus melalui proses penyesuaian pribadi dalam waktu yang cukup lama,
memerlukan tetesan air mata dan kesabaran tingkat tinggi. Apapun pria
mendambakan wanita yang kokoh hati dan cintanya, sehingga dapat
menjadikan pria terhormat meski kadang harus jatuh ke lobang yang salah.
Uluran cinta wanita yang tulus akan mampu membangkitkan sosok pria yang
rapuh menjadi pria yang kembali menemukan makna cinta yang sesungguhnya
dari seorang wanita yang setia mendampingi dalam suka dan duka hingga
akhir menutup mata.
Saya
memang bukan pujangga cinta, dan bukan pria romantis jika bisa menulis
artiket cinta ini dengan lancar. Saya hanya belajar dari apa yang saya
lihat, alami dan perhatikan sehingga saya menganalogikan sebuah hubungan
cinta antara pria dan wanita seperti sedang bermain layang layang. Wow
mengapa demikian ? oke, saya akan uraikan sebagai berikut :
Pertama,
Anda
coba analogikan pria dalam bercinta sebagai layang-layang dan wanita
adalah yang memainkan layang-layang itu. Mengapa demikian ? karena pria
dalam sebuah hubungan adalah pemimpin yang semakin lama semakin tinggi
kedudukannya. Sedangkan wanita setinggi apapun pria, tetap di bawah
posisinya yang harus menatap sang pria tetapi ia adalah pengendali
cinta. Ingat wanita ditakdirkan sebagai sosok yang kuat, dan ia siap
memainkan layang-layang dengan benang cinta kasihnya.
Kedua,
Nah,
karena wanita tugasnya menerbangkan layang-layang agar terbang tinggi,
maka diperlukan benang yang kokoh dan panjang, mengapa demikian ? benang
yang mudah rapuh dan pendek bisa menyebabkan layang-layang bermasalah
tersangkut di atas pohon atau rumah dan sulit diambilnya, manakala angin
kencang menerpa dan menjadikan layang-layang oleng ke kanan dan oleng
ke kiri tetapi tidak bisa diulur dan dimainkan. Sebaliknya bila
menggunakan benang yang terlalu besar ukurannya maka akan menjadikan
layang-layang sukar terbang dan melelahkan. Jadi gunakanlah benang yang
kuat dan panjang sesuai dengan ketinggian yang akan dicapai
layang-layang. Benang itu saya sebut sebagai benang cinta kasih yang
ditanam wanita di hati pria yang tumbuh diawal hubungan sebagai modal
awal cinta keduanya.
Ketiga,
Ketinggian yang akan dicapai layang-layang sebagai analogi seorang pria yang mapan dan saya sebut sebagai bentuk “kestabilan jalinan cinta dan kesuksesan karirnya”.
Saya mengabaikan ukuran dan bentuk layang-layang, sebab sudah kodratnya
pria itu ada yang bertubuh kurus, sedang atau gendut atau besar no
problem. Pokoknya layang-layang dan dia harus bisa terbang, dan yang
menerbangkan adalah wanita yang mendampinginya.
Keempat,
Wanita
yang tangguh tahu benar caranya menerbangkan layang-layang, dan butuh
kesabaran. Layang-layang bisa saja gagal terbang karena angin yang tidak
kuat dan salah arah. Si wanita tetap memotivasi layang-layang agar
tidak kecewa dan mencoba mencari posisi yang pas untuk menemukan arah
angin atau mencari tempat yang agak tinggi dan lapang agar layang-layang
bisa diterbangkan. Kondisi ini saya sebut sebagai kondisi pancaroba di
mana si layang-layang harus bisa memahami si penerbangnya, begitu
sebaliknya dan keduanya sama-sama mencari hal-hal yang menghambat
naiknya layang layang, bukan saling menyalahkan.
Kelima
Layang-layang
yang terbang rendah biasanya mudah goyang diterpa angin, dan bisa
tersangkut di atas pohon atau atap rumah orang lain. Saya menganalogikan
pohon atau rumah sebagai pengalih cinta yang telah dijalin. Karena bila
ada wanita lain yang membantu layang-layang itu terlepas dari pohon
dengan cara memotong benang cinta wanita yang telah menerbangkannya
semula, maka jalinan cinta dan kestabilan cinta akan kandas, karena
ada wanita lain yang menurut sang pria lebih pandai dalam meninggikan
layang-layang cintanya.
Karenanya
sebelum layang-layang “singit” atau oleng kanan oleng kiri diterpa
angin yang tidak tentu arahnya, segera ulurkan benang cintamu wahai
wanita dan tarik ulurlah benangnya, segera cari posisi dan arah angin
yang pas agar layang-layang terus terbang tinggi hingga mencapai titik
kestabilan baik dalam cinta dan karir.
Keenam
Jika
layang-layang sudah terbang tinggi semakin tinggi maka arah angin
semakin jelas dan layang layang menemukan kestabilan dalam cinta dan
karir. Maka sang wanita dapat mengikat benang cintanya pada tiang yang
kokoh dan sekarang nikmatilah secangkir teh manis hangat, karena walau
ditinggal shoping dan jalan-jalan layang-layang tetap stabil dan tetap
terarah pada benang cintanya, termasuk karirnya pun sudah semakin mapan.
Selamat hai wanita yang telah menempatkan posisi layang-layang pada
tempat yang terhormat, karena layang-layang tidak akan pernah lagi
menginginkan adanya wanita lain yang mencoba menggoda untuk menerbangkan
layang-layangnya. Tetapi ingat, tidak tertutup kemungkinan awan dan
mendung tiba, maka siwanita harus segera menurunkan layang-layang dengan
cara yang lembut agar tetap terjaga keutuhannya, dan ketika hari cerah
terbangkan lagi dengan cara yang lebih mudah, karena si wanita sangat
kenal sekali karakter sipria, sehingga walau layang-layang sulit terbang
kestabilan cinta tetap terjaga hingga akhir hayat.

Tidak ada komentar:
Posting Komentar